Friday, April 26, 2013

Epistemologi



Pendahuluan
            Epistemologi merupakan suatu bahan kajian yang sangat menarik untuk dikaji. Karena pada epistemologi menjadi tempat pijakan untuk memperoleh dasar-dasar pengetahuan maupun teori pengetahuan. Istilah Epostemology dipakai pertama kali oleh    JF. Feriere (Surajiyo, 2005).
Pengertian
Epistemologi berasal dari kata episteme dan logos, berasal dari bahasa Yunani. Episteme artinya pengetahuan, sedangkan logos menunjukkan adanya pengetahuan sistematik. Jadi Epistemologi dapat diartikan sebagai pengetahuan sistematik mengenai pengetahuan (Theory of Knowledge).
Atau menurut Webster Third New International Dictionary mengartikan epistemologi sebagai "The Study of method and ground of knowledge, especially with reference to its limits and validity". Paul Edwards, dalam The Encyclopedia of Philosophy, menjelaskan bahwa epistemologi adalah "the theory of knowledge." Pada tempat yang sama ia menerangkan bahwa epistemologi merupakan "the branch of philosophy which concerned with the nature and scope of knowledge, its presuppositions and basis, and the general reliability of claims to knowledge."
Epistemologi juga disebut logika, yaitu ilmu tentang pikiran. Akan tetapi, logika dibedakan menjadi dua, yaitu logika minor dan logika mayor. Logika minor mempelajari struktur berpikir dan dalil-dalilnya, seperti silogisme. Logika mayor mempelajari hal pengetahuan, kebenaran, dan kepastian yang sama dengan lingkup epistemologi.
Epistemologi juga dikaitkan bahkan disamakan dengan suatu disiplin yang disebut Critica, yaitu pengetahuan sistematik mengenai kriteria dan patokan untuk menentukan pengetahuan yang benar dan yang tidak benar. Batasan-batasan di atas nampak jelas bahwa hal-hal yang hendak diselesaikan epistemologi ialah bagaimana cara mendapatkan pengetahuan, sumber pengetahuan, asal mula pengetahuan, validitas pengetahuan, dan kebenaran pengetahuan.
Sejarah Epistemologi  
Dimulai pada zaman Yunani kuno, ketika orang mulai mempertanyakan secara sadar mengenai pengetahuan dan merasakan bahwa pengetahuan merupakan faktor yang amat penting yang dapat menentukan hidup dan kehidupan manusia.
            Zaman Romawi tidak begitu banyak menunjukkan perkembangan pemikiran mendasar sistematik mengenai pengetahuan. Hal itu terjadi karena alam pikiran Romawi adalah alam pikiran yang sifatnya lebih pragmatis dan ideologis.
Masuknya agama Nasrani ke Eropa memacu perkembangan epistemologi lebih lanjut, dari sinilah tumbuh Rasionalisme, Empirisme, Idelisme, dan Positivisme yang kesemuanya memberikan perhatian yang amat besar terhadap problem pengetahuan.
Kebenaran Pengetahuan
            Jika seseorang mempermasalahkan dan ingin membuktikan apakah pengetahuan itu bernilai benar, menurut para ahli epostemologi dan ahli filsafat, pada umumnya untuk membuktikan bahwa pengetahuan bernilai benar, seseorang menganalisis terlebih dahulu cara, sikap dan sarana yang digunakan untuk membangun suatu pengetahuan.Ada beberapa teori yang menjelaskan tentang kebenaran (Surajiyo, 2005)  antara lain sebagai berikut
1.      The correspondence theory of truth (Teori Kebenaran Saling Berkesesuian).  Berdasarkan teori pengetahun Aristoteles yang menyatakan bahwa kebenaran itu berupa kesesuaian antara arti yang dimaksud oleh suatu pendapat dengan apa yang sungguh merupakan halnya atau faktanya..
2.      The Semantic Theory of Truth (Teori Kebenaran berdasarkan Arti). Berdasarkan  Teori Kebenaran Semantiknya Bertrand Russell, bahwa kebenaran (proposisi) itu ditinjau dari segi arti atau maknanya.
3.      The consistence theory of truth (Teori Kebenaran berdasarkan  Konsisten). Menurut teori ini, suatu pernyataan dianggap benar bila pernyataan itu bersifat konsisten dengan pernyataan-pernyataan sebelumnya yang dianggap benar.
4.      The pragmatic theory of truth (Teori Kebenaran berdasarkan Pragmatik). Yang dimaksud dengan teori ini ialah bahwa benar tidaknya sesuatu ucapan, dalil, atau teori semata-mata bergantung kepada berfaedah tidaknya ucapan, dalil, atau teori tersebut bagi manusia untuk bertindak dalam kehidupannya.
5.      The Coherence Theory of Truth(Teori Kebenaran berdasarkan Koheren) Berdasarkan teori Koherennya Kattsoff (1986) dalam bukunya Element of Philosophy, bahwa suatu proosisi itu benar, apabila berhubungan dengan ide-ide dari proposisi terdahulu yang telah dan benar.
6.      The Logical Superfluity of Truth (Teori Kebenaran Logis yang berlebihan). Berdasarkan teori yang dikembangkan oleh Ayer,  bahwa problema kebenaran hanya merupakan kekacauan bahasa saja dan berakibatkan suatu pemborosan, karena pada dasarnya apa yang hendak dibuktikan kebenarannya memiliki derajat logis yang sama yang masing-masing saling melingkupi.
7.      Teori Skeptivisme,  suatu kebenaran dicari ilmiah dab tidak ada kebenaran yang  lengkap.
8.      Teori Kebenaran Nondeskripsi. Teori yang dikembang oleh penganut filsafat           fungsionalisme, yang menyatakan bahwa suatu statemen atau pernyataan mempunyai nilai   benar amat tergantung peran dan fungsi dari pada pernyataan itu.
Kebenaran dapat dibuktikan secara : 1.   Radikal (Individu)
2.   Rasional (Obyektif)
3.   Sistematik (Ilmiah)
4.   Semesta (Universal)
Sedangkan nilai kebenaran itu bertingkat-tingkat, sebagai mana yang telah diuraikan oleh Andi Hakim Nasution dalam bukunya Pengantar ke Filsafat Sains, bahwa kebenaran mempunyai tiga tingkatan, yaitu haq al-yaqin, ‘ain al-yaqin, dan ‘ilm al-yaqin. Adapun kebenaran menurut Anshari mempunyai empat tingkatan, yaitu: 1) Kebenaran wahyu, 2) Kebenaran spekulatif filsafat, 3) Kebenaran positif ilmu pengetahuan  dan 4) Kebenaran pengetahuan biasa.
Pengetahuan yang dibawa wahyu diyakini bersifat absolut dan mutlak benar, sedang pengetahuan yang diperoleh melalui akal bersifat relatif, mungkin benar dan mungkin salah. Jadi, apa yang diyakini atas dasar pemikiran mungkin saja tidak benar karena ada sesuatu di dalam nalar kita yang salah. Demikian pula apa yang kita yakini karena kita amati belum tentu benar karena penglihatan kita mungkin saja mengalami penyimpangan. Karena itu, kebenaran mutlak hanya ada pada Tuhan. Itulah sebabnya ilmu pengetahan selalu berubah-rubah dan berkembang.
Terjadinya  Pengetahuan
            Menurut Made Pidarta (1997: 77) ada lima sumber pengetahuan: 1) Otoritas, yang terdapat  dalam enseklopedi, buku teks yang baik, rumus, dan tabel; 2) Common sense, yang ada pada adat dan tradisi; 3) Intuisi yang berkaitan dengan perasaan ; 4) Pikiran untuk menyimpulkan hasil pengalaman; 5) Pengalaman yang terkontrol untuk mendapatkan pengetahuan secara ilmiah.
            Vauger menyatakan bahwa titik tolak penyelidikan epistemologi adalah situasi kita, yaitu kejadian. Kita sadar bahwa kita mempunyai pengetahuan lalu kita berusaha untuk pada saatnya kita harus memberikan pengetahuan dengan menerangkan dan mempertanggung jawabkan apakah pengetahuan kita benar dalam arti mempunyai isi.
            Hal ini menumbuhkannya rasionalisme yang secara kritis mempermasalahkan dasar-dasar pikiran yang bersifat mitos. Menurut Popper, tahapan ini adalah penting dalam sejarah berpikir manusia yang menyebabkan ditinggalkannya tradisi yang bersifat dogmatik yang hanya memperkenankan hidupnya satu doktrin dan digantikan dengan doktrin yang bersifat majemuk yang masing-masing mencoba  menemukan kebenaran secara analisis yang bersifat kritis. Dengan demikian berkembanglah metode eksperimen yang merupakan jembatan antara penjelasan teoritis yang hidup di alam rasional dengan pembuktian yang dilakukan secara empiris. Pengembangan metode eksperimen yang berasal dari Timur ini mempunyai pengaruh penting terhadap cara berpikir manusia, sebab dengan demikian berbagai penjelasan teoritis dapat diuji, apakah sesuai dengan kenyataan empiris atau tidak. Dengan demikian berkembanglah metode ilmiah yang menggabungkan cara berpikir deduktif dan induktif.
Jadi dapat diartikan secara epistemologi ada dua tahap cara mendapatkan pengetahuan, yaitu secara teoritis, dengan mempergunakan semua pengetahuan ilmiah (ilmu) yang telah dikumpulkan manusia selama ini (ini baru dugaan atau hipotesis).. Selanjutnya pembuktian (teori dengan kenyataan).

            Menurut John Hospers dalam bukunya An Introduction to Philosophical Analysis (Abbas Hamami, 1982 ) mengemukakan ada enam alat untuk memperoleh pengetahuan, yaitu :
            1. Pengalaman Indra ( sense experience)
            2. Nalar ( reason )
            3. Otoritas ( authority )
            4. Intuisi ( Intuition )
            5. Wahyu (revelation )
            6. Keyakinan ( faith )

Macam-macam Pengetahuan
          Macam-macam pengetahuan menurut Imanuel Kant ialah
            1. Pengetahuan Analitis; predikat sudah termuat dalam subyek. Predikat diketahui melalui suatu analisis obyek. Misalnya, lingkaran itu bulat.
            2. Pengetahuan Sintetis Aposteriori; predikat dihubungkan dengan subyek berdasarkan pengalaman indrawi.
          3. Pengetahuan Sintetis Apriori: Akal budi dan pengalaman indrawi dibutuhkan serentak. Ilmu pesawat, ilmu pasti bersifat sintetis apriori. (Surajiyo, 2005)

Ilmu
            Ialah Kumpulan pengetahuan secara holistik yang tersusun  sistematis yang teruji secara rasional da terbukti berdasarkan metode ilmiah.

Klasifikasi  Ilmu
          Ada beberapa pandangan   yang berkaitan dengan klasifikasi ilmu pengetahuan sebagaimana yang terdapat dalam buku Filsafat Ilmu ( Rizal Mustansir, 2001), sabagai berikut :
          1. Menurut Cristian Wolff, klasifikasi ilmu pengetahuan ialah :
                a. Ilmu pengetahuan empiris :
                        1. Kosmologi empiris
                        2. Psikologi empiris
                b. Matematika
                        1. Murni : aritmatika, geometri aljabar
                        2. Campuran : mekanika, dll.
                c. Filsafat:
                    1. Spekulatif (metafisika)
                        a. Umum-ontologi
                        b. Khusus: psiokologi, kosmologi, theologi
                    2. Praktis:
                        a. Intelek-logika
                        b. Kehendak : ekonomi, etika, politik
                        c. pekerjaan fisik : teknik.

            2. Auguste Comte, klasifikasi ilmu pengetahuan ialah :
                        a. Ilmu pasti (matematika)
                        b. ilmu perbintangan (astronomi)
                        c. ilmu alam ( fisika )
                        d. ilmu kimia
                        e. ilmu hayat ( biologi atau fisiologi )
                        f. ilmu fisika sosial ( sosiologi )
3. Karl Raimund Popper, mengklasifikasikan ilmu pengetahuan menjadi :
                        a. Dunia I   : Kenyataan fisik dunia
                        b. Dunia II  : Kenyataan psikis dari dalam diri manusia
                        c. Dunia III : Hipotesis, hukum, Teori (ciptaan manusia) yaitu :
                                              Karya ilmia,  Studi ilmiah dan Penelitian ilmiah
4.  Jurgen Habermas, mengklasifikasi ilmu pengetahuan sebagai berikut :
                        a. Ilmu bersifat empiris-analitis : ilmu alam dan sosial empiris.
                        b. Ilmu bersifat historis-hermeneutis : Humaniora
                        c. Ilmu yang bersifat sosial-kritis : Ekonomi,sosiologi dan politik

Tahap-Tahap Ilmu
Dalam perkembangnnya, ilmu dapat dibagi dalam tiga tahap, yaitu :
1. Tahap Sistematika.
 Pada tahap ini, ilmu menggolongkan obyek empiris ke dalam  kategori-               kategori tertentu untuk menemukan ciri-ciri yang bersifat umum  yang merupakan  pengetahuan bagi manusia dalam mengenal dunia fisik.
2.  Tahap Komparatif.
 Pada tahap ini manusia mulai membandingkan antara kategori yang satu dengan kategori yang lain.
3. Tahap Kuantitatif
Pada tahap ini manusia mencari hubungan sebab akibat, tidak lagi berdasarkan perbandingan  melainkan berdasarkan pengukuran yang eksak dari obyek yang sedang disediki.
            Pada ini juga, berperannya  matematika sebagai bahasa verbal dengan sejumlah lambang-lambang yang mengandung informasi tentang obyek tertentu dalam dimensi-dimensi pengukuran. Disamping intu juga, matematika merupakan bahasa artifisial yang dikembangkan untuk menjawab kekurangan bahawa verbal yang bersifat alamiah ( Yuyun SS., 1990).
Karakteristik Ilmu
            The Liang Gie memberikan pengertian Ilmu. Ilmu ialah rangkaian aktivitas  penelaahan yang mencari penjelasan suatu metode untuk memperoleh pemahaman secara rasional empiris mengenai dunia ini dalam berbagai seginya, dan keseluruhan pengetahuan sistematis yang menjelaskan berbagai gejala yang ingin dimengerti manusia (Surajiyo,2005)
Aktivitas
  
    Ilmu
IlmuMetode                                        Pengetahuan
Menurut Surajiyo alam bukunya Ilmu Filsafat suatu Pengantar (2005), karakteristik  pengetahuan dalam 5 bagian, adalah:
1. Empiris,  pengetahuan itu diperoleh berdasarkan pengamatan dan percobaan.
2. Sistematis, berbagai keterangan dan data yang tersusun sebagai kumpulan pengetahuan   itu mempunyai hubungan ketergantungan dan teratur.
3 Obyektif, ilmu berarti pengetahuan itu bebas dari prasangka perseorangan dan kesukaan pribadi.
4. Analitis, pengetahuan ilmiah berusaha membeda-bedakan pokok soalnya ke dalam   bagian-bagian yang terperinci untuk memahami berbagai sifat, hubungan dan peranan dari bagian-bagian itu.
5. Verifikatif, pengetahuan dapat diperiksa kebenarannya oleh siapapun.

Metode Ilmiah
Landasan epistemologi ilmu adalah metode ilmiah. Metode ilmiah merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan secara ilmiah yang disebut ilmu atau pengetahuan ilmiah. Metode ilmiah dalam prosesnya menemukan pengetahuan terdiri atas beberapa langkah tertentu yang semuanya kait mengkait satu sama lain secara dinamis, sampai kepada kesimpulan yang benar. Metode ilmiah merupakan sintesis antara berpikir rasional dan bertumpu pada data empiris. Secara rasional, ilmu menyusun pengetahuannya secara konsisten dan kumulatif, secara empiris ilmu memisahkan pengetahuan yang sesuai dengan fakta dari yang tidak.
Metode ilmiah mempunyai mekanisme umpan balik yang bersifat korektif yang memungkinkan upaya keilmuan menemukan kesalahan yang mungkin diperbuatnya. Sebaliknya bila ternyata bahwa sebuah pengetahuan ilmiah yang baru adalah benar, maka pernyataan yang terkandung dalam pengetahuan ini dapat dipergunakan sebagai premis baru, yang bila kemudian ternyata dibenarkan dalam proses pengujian akan menghasilkan pengetahuan-pengetahuan ilmiah yang baru ( The Liang Gie, 1987)..
Langkah-langkah kegiatan berpikir ilmiah:
1)      penemuan atau penentuan masalah secara sadar
2)      perumusan kerangka permasalahan
3)      menyususn kerangka penjelasan
4)      pengajuan hipotesis
5)      pengujian hipotesis
6)      deduksi dari hipotesis
7)      pembuktian dari hipotesis
8)      penerimaan hipotesis menjadi teori ilmiah
Penutup
Epistemologi adalah pengetahuan sistematik mengenai pengetahuan. Ia merupakan salah satu cabang filsafat yang membahas tentang terjadinya pengetahuan, sumber pengetahuan, asal mula pengetahuan, metode atau cara memperoleh pengetahuan, validitas dan kebenaran pengetahuan. Aspek epistemologi adalah kebenaran fakta / kenyataan dari sudut pandang mengapa dan bagaimana fakta itu benar yang dapat diverifikasi atau dibuktikan kebenarannya.

Referensi
Nasoetion, Anda Hakim, 1988, Pengantar ke Filsafat Sains, Jakarta: Litera Antarnusa
Pidarta, Made, 1997, Landasan Kependidikan, Jakarta: Rineka Cipta
Peursen, CA. Van, 1990, Pengantar Filsafat Ilmu, Yogya: Tiara Wacana.
S. Suriasumantri,  Yuyun, 1990, Ilmu dalam Perspektif, Jakarta: Yayasan Obor
S. Suriasumantri, Yuyun, 1990, Filsafat Ilmu suatu Pengantar, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Surajiyo, 2005, Ilmu filsafat suatu Pengantar, Jakarta: Bumi Aksara.
.
















































No comments:

Post a Comment