Friday, April 26, 2013

Ilmu dan Agama



ILMU
Ilmu adalah bagian dari pengetahuan yang mempunyai ciri tertentu yang sesuai dengan teori dan kenyataan yang ada.
Ilmu diperoleh melalui metode ilmiah, yaitu berbagai prosedur yang mewujudkan pola-pola dan langkah-langkah dalam pelaksanaan suatu penelitian ilmiah. Prosedur tersebut antara lain : deduksi dan induksi.

Aksiologi Ilmu adalah :
  1. Mencapai  nilai kebenaran ilmiah.
  2. Memahami aneka kejadian.
  3. Meramalkan peristiwa yang akan terjadi.
  4. Menguasai alam untuk memanfaatkannya.

      Perkembangan ilmu begitu cepat dan terus menerus. Bisa dikatakan, saat ini "ilmu" merupakan ikon keberadaban. Siapapun yang tidak berilmu (=tidak menguasai ilmu) identik dengan keprimitifan dan keterbelakangan.
Persoalan selanjutnya adalah: bagaimana supaya ilmu tersebut dapat membawa kemaslahatan yang sebesar-besarnya bagi kemanusiaan.

AGAMA
Istilah agama ditinjau dari tata bahasa dalam kamus umum bahasa Indonesia, yaitu :
system, prinsip kepercayaan kepada Tuhan dengan ajaran kebaktian dan kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan itu. Agama menuntut pengetahuan untuk beribadat yang merupakan hubungan manusia dengan Tuhan.
Secara linguistik, dîn berarti ketaatan dan balasan. Penulis kitab Maqâyisul Lughah mengatakan bahwa asal dan akar kata ini berarti penghambaan dan kehinaan (tunduk). Sedang Râghib dalam  Mufradâtnya  mengatakan bahwa agama berarti ketaatan dan balasan.[1] Oleh karena itu, Syâri’at dinamakan dîn karena ia lazim ditaati.
 Menurut para pemikir Barat definisi  agama antara lain, agama adalah insting, aksi dan kondisi spiritual yang “menjangkiti” sekelompok orang tertentu dalam kesendirian mereka di hadapan Tuhan (William James adalag seorang filsuf sekaligus psikolog berkebangsaan Amerika. Ia Hidup pada tahun 1842-1910).
Jadi, Agama adalah keseluruhan pendapat tentang Tuhan, dunia, hidup dan mati, tingkah laku, serta baik buruknya yang berlandaskan wahyu. Wahyu adalah penerangan Tuhan secara istimewa kepada manusia secara langsung atau tidak langsung.
Aksiologi agama antara lain :
1.Agama bisa diargumentasikan. Yakni, secara logis bisa dibela, karena unsur-unsur          dan ajarannya bisa diterima oleh akal sehat.
2.Agama memberikan makna dalam kehidupan. Yakni, manusia terjaga dari keputus-asaan, dan menghilangkan asumsi tak bermaknannya kehidupan.
3.Agama merupakan pemberi harapan.
4.Agama diharapkan bisa meluhurkan segala tindakan dalam masyarakat sosial.
5.Agama mengajarkan rasa tanggung jawab kepada manusia. Faktor terpenting dan terpokok dari kelima penantian (baca : manfaat) tadi adalah faktor  pertama dan  kedua.

HUBUNGAN ILMU DAN AGAMA
Agama berbeda dengan sains dan filsafat karena agama menekankan keterlibatan pribadi, walaupun kita dapat sepakat tidak ada definisi agama yang dapat diterima secara universal. Kemajuan spritual manusia dapat diukur dengan tinggi nilai yang tak terbatas yang ia berikan kepada objek yang ia sembah. Seorang yang religius merasakan adanya kewajiban yang tak bersyarat terhadap zat yang ia anggap sebagai sumber yang tertinggi bagi kepribadian dan kebaikan.
Bagaimana menerangkan agama dengan pendekatan ilmu pengetahuan,
karena wilayah ilmu berbeda dengan wilayah agama. Jangankan ilmu,
akal saja tidak sanggup mengadili agama. Para ulama sekalipun, meski
mereka meyakini kebenaran yang dianut tetapi tetap tidak berani
mengklaim kebenaran yang dianutnya, oleh karena itu mereka selalu
menutup pendapatnya dengan kalimat wallohu a`lamu bissawab, bahwa
hanya Allahlah yang lebih tahu mana yang benar. Agama berhubungan
dengan Tuhan, ilmu berhubungan dengan alam, agama membersihkan hati,
ilmu mencerdaskan otak, agama diterima dengan iman, ilmu diterima dengan logika.
            Meski demikian, dalam sejarah manusia, ilmu dan agama selalu tarik
menarik dan berinteraksi satu sama lain. Terkadang antara keduanya
akur, bekerjasama atau sama-sama kerja, terkadang saling menyerang
dan menghakimi sebagai sesat, agama memandang ilmu sebagai sesat,
sebaliknya ilmu memandang perilaku keagamaan sebagai kedunguan.
Belakangan fenomena menunjukkan bahwa kepongahan ilmu tumbang di
depan keagungan spiritualitas, sehinga bukan saja tidak bertengkar
tetapi antara keduanya terjadi perkawinan.
Sangat menarik bahwa Nabi Muhammad sendiri mengatakan bahwa,
kemulian seorang mukmin itu diukur dari agamanya, kehormatannya
diukur dari akalnya dan martabatnya diukur dari akhlaknya (karamul
mu'mini dinuhu, wa muru'atuhu `aqluhu wa hasabuhu khuluquhu
) (HR. Ibn
Hibban). Ketika nabi ditanya tentang amal yang paling utama, hingga
lima kali nabi tetap menjawab husn al khuluq, yakni akhlak yang
baik yaitu sekuat mungkin jangan marah, (an la taghdlaba in
istatha`ta
).  (at Tarhib jilid III, h. 405-406).
Agama maupun filsafat berhubungan dengan realitas yang sama. Kedua-duanya terdiri dari subjek-subjek yang serupa dan sama-sama melaporkan prinsip-prinsip tertinggi wujud. Keduanya juga melaporkan tujuan puncak yang diciptakan demi manusia yaitu kebahagiaan tertinggi. Filsafat memberikan laporan berdasarkan persepsi intelektual. Sedangkan agama memaparkan laporannya berdasarkan imajinasi. Dalam setiap hal yang didemonstrasikan oleh filsafat, agama memakai metode-metode persuasif untuk menjelaskannya.
Agama berusaha membawa tiruan-tiruan kebenaran filosofis sedekat mungkin dengan esensi mereka. Filsafat dan agama merupakan pendekatan mendasar menuju pada kebenaran. Filsafat dapat digambarkan sebagai ilmu tentang realitas  yang didasarkan atas metode demonstrasi yang meyakinkan, suatu metode yang merupakan gabungan dari intuisi intelektual dan putusan logis yang pasti. Berdasarkan alasan ini, filsafat lantas disebut sebagai ilmu dari segala ilmu, induk dari segala ilmu, kebijaksanaan dari segala kebijaksanaan, dan seni dari segala seni. Karena itu, filsafat adalah sejenis pengetahuan yang lebih unggul dibanding agama, karena agama didasarkan atas metode persuasif.


REFERENSI

Andri Rosadi & M. Aunul Abied Shah, Catatan Awal Tentang Filsafat Ilmu Modern, http://mizansckairo.tripod.com/filsafat02.htm 

Syafii, Agus. Psikologi Agama. http: //groups. yahoo.com/group/pendidikan/message/3521

Agama (Din). http://www.al-shia.com/html/id/shia/aqaeid-shia/02.htm

Kamus Umum Bahasa Indonesia, 1997. Balai Pustaka : Jakarta

Poedjawijatna. 1991. TAHU dan PENGETAHUAN (Pengantar ke Ilmu dan Filasafat).
Rineka Cipta : Jakarta.

Jujun S. Suriasumantri. 1984. Ilmu dalam Perpektif. Gramedia : Jakarta



No comments:

Post a Comment