ILMU
Ilmu adalah bagian dari pengetahuan yang mempunyai
ciri tertentu yang sesuai dengan teori dan kenyataan yang ada.
Ilmu diperoleh melalui metode ilmiah, yaitu
berbagai prosedur yang mewujudkan pola-pola dan langkah-langkah dalam
pelaksanaan suatu penelitian ilmiah. Prosedur tersebut antara lain : deduksi
dan induksi.
Aksiologi Ilmu adalah :
- Mencapai nilai kebenaran ilmiah.
- Memahami aneka kejadian.
- Meramalkan peristiwa yang akan terjadi.
- Menguasai alam untuk memanfaatkannya.
Perkembangan ilmu begitu cepat dan terus
menerus. Bisa dikatakan, saat
ini "ilmu" merupakan ikon keberadaban. Siapapun yang tidak berilmu
(=tidak menguasai ilmu) identik dengan keprimitifan dan keterbelakangan.
Persoalan selanjutnya adalah: bagaimana supaya ilmu tersebut dapat membawa kemaslahatan yang sebesar-besarnya bagi kemanusiaan.
Persoalan selanjutnya adalah: bagaimana supaya ilmu tersebut dapat membawa kemaslahatan yang sebesar-besarnya bagi kemanusiaan.
AGAMA
Istilah agama ditinjau dari tata bahasa dalam
kamus umum bahasa Indonesia, yaitu :
system, prinsip kepercayaan
kepada Tuhan dengan ajaran kebaktian dan kewajiban-kewajiban yang bertalian
dengan kepercayaan itu.
Agama menuntut pengetahuan untuk beribadat yang merupakan hubungan manusia
dengan Tuhan.
Secara linguistik, dîn berarti ketaatan dan balasan. Penulis kitab Maqâyisul
Lughah mengatakan bahwa asal dan akar kata ini berarti penghambaan dan kehinaan
(tunduk). Sedang Râghib dalam Mufradâtnya mengatakan bahwa
agama berarti ketaatan dan balasan.[1] Oleh karena itu, Syâri’at dinamakan dîn karena
ia lazim ditaati.
Menurut para pemikir Barat
definisi agama antara lain, agama adalah
insting, aksi dan kondisi spiritual yang “menjangkiti” sekelompok orang
tertentu dalam kesendirian mereka di hadapan Tuhan (William James adalag
seorang filsuf sekaligus psikolog berkebangsaan Amerika. Ia Hidup pada tahun
1842-1910).
Jadi, Agama adalah keseluruhan pendapat tentang Tuhan, dunia, hidup dan mati,
tingkah laku, serta baik buruknya yang berlandaskan wahyu. Wahyu adalah penerangan Tuhan secara
istimewa kepada manusia secara langsung atau tidak langsung.
Aksiologi agama antara lain :
1.Agama bisa diargumentasikan. Yakni, secara logis bisa
dibela, karena unsur-unsur dan
ajarannya bisa diterima oleh akal sehat.
2.Agama memberikan makna dalam kehidupan. Yakni,
manusia terjaga dari keputus-asaan, dan menghilangkan asumsi tak bermaknannya
kehidupan.
3.Agama merupakan pemberi harapan.
4.Agama diharapkan bisa meluhurkan segala tindakan
dalam masyarakat sosial.
5.Agama mengajarkan rasa tanggung jawab kepada
manusia. Faktor terpenting dan terpokok dari kelima penantian (baca : manfaat)
tadi adalah faktor pertama dan kedua.
HUBUNGAN ILMU DAN AGAMA
Agama berbeda dengan
sains dan filsafat karena agama menekankan keterlibatan pribadi, walaupun kita
dapat sepakat tidak ada definisi agama yang dapat diterima secara universal.
Kemajuan spritual manusia dapat diukur dengan tinggi nilai yang tak terbatas
yang ia berikan kepada objek yang ia sembah. Seorang yang religius merasakan
adanya kewajiban yang tak bersyarat terhadap zat yang ia anggap sebagai sumber
yang tertinggi bagi kepribadian dan kebaikan.
Bagaimana menerangkan
agama dengan pendekatan ilmu pengetahuan,
karena wilayah
ilmu berbeda dengan wilayah agama. Jangankan ilmu,
akal saja tidak sanggup mengadili agama. Para ulama sekalipun, meski
mereka meyakini kebenaran yang dianut tetapi tetap tidak berani
mengklaim kebenaran yang dianutnya, oleh karena itu mereka selalu
menutup pendapatnya dengan kalimat wallohu a`lamu bissawab, bahwa
hanya Allahlah yang lebih tahu mana yang benar. Agama berhubungan
dengan Tuhan, ilmu berhubungan dengan alam, agama membersihkan hati,
ilmu mencerdaskan otak, agama diterima dengan iman, ilmu diterima dengan logika.
akal saja tidak sanggup mengadili agama. Para ulama sekalipun, meski
mereka meyakini kebenaran yang dianut tetapi tetap tidak berani
mengklaim kebenaran yang dianutnya, oleh karena itu mereka selalu
menutup pendapatnya dengan kalimat wallohu a`lamu bissawab, bahwa
hanya Allahlah yang lebih tahu mana yang benar. Agama berhubungan
dengan Tuhan, ilmu berhubungan dengan alam, agama membersihkan hati,
ilmu mencerdaskan otak, agama diterima dengan iman, ilmu diterima dengan logika.
Meski demikian, dalam
sejarah manusia, ilmu dan agama selalu tarik
menarik dan berinteraksi satu sama lain. Terkadang antara keduanya
akur, bekerjasama atau sama-sama kerja, terkadang saling menyerang
dan menghakimi sebagai sesat, agama memandang ilmu sebagai sesat,
sebaliknya ilmu memandang perilaku keagamaan sebagai kedunguan.
Belakangan fenomena menunjukkan bahwa kepongahan ilmu tumbang di
depan keagungan spiritualitas, sehinga bukan saja tidak bertengkar
tetapi antara keduanya terjadi perkawinan.
menarik dan berinteraksi satu sama lain. Terkadang antara keduanya
akur, bekerjasama atau sama-sama kerja, terkadang saling menyerang
dan menghakimi sebagai sesat, agama memandang ilmu sebagai sesat,
sebaliknya ilmu memandang perilaku keagamaan sebagai kedunguan.
Belakangan fenomena menunjukkan bahwa kepongahan ilmu tumbang di
depan keagungan spiritualitas, sehinga bukan saja tidak bertengkar
tetapi antara keduanya terjadi perkawinan.
Sangat menarik bahwa
Nabi Muhammad sendiri mengatakan bahwa,
kemulian seorang mukmin itu diukur dari agamanya, kehormatannya
diukur dari akalnya dan martabatnya diukur dari akhlaknya (karamul
mu'mini dinuhu, wa muru'atuhu `aqluhu wa hasabuhu khuluquhu) (HR. Ibn
Hibban). Ketika nabi ditanya tentang amal yang paling utama, hingga
lima kali nabi tetap menjawab husn al khuluq, yakni akhlak yang
baik yaitu sekuat mungkin jangan marah, (an la taghdlaba in
istatha`ta). (at Tarhib jilid III, h. 405-406).
kemulian seorang mukmin itu diukur dari agamanya, kehormatannya
diukur dari akalnya dan martabatnya diukur dari akhlaknya (karamul
mu'mini dinuhu, wa muru'atuhu `aqluhu wa hasabuhu khuluquhu) (HR. Ibn
Hibban). Ketika nabi ditanya tentang amal yang paling utama, hingga
lima kali nabi tetap menjawab husn al khuluq, yakni akhlak yang
baik yaitu sekuat mungkin jangan marah, (an la taghdlaba in
istatha`ta). (at Tarhib jilid III, h. 405-406).
Agama maupun filsafat berhubungan dengan realitas
yang sama. Kedua-duanya terdiri dari subjek-subjek yang serupa dan
sama-sama melaporkan prinsip-prinsip tertinggi wujud. Keduanya juga melaporkan
tujuan puncak yang diciptakan demi manusia yaitu kebahagiaan tertinggi.
Filsafat memberikan laporan berdasarkan persepsi intelektual. Sedangkan agama
memaparkan laporannya berdasarkan imajinasi. Dalam setiap hal yang
didemonstrasikan oleh filsafat, agama memakai metode-metode persuasif untuk
menjelaskannya.
Agama berusaha membawa tiruan-tiruan kebenaran
filosofis sedekat mungkin dengan esensi mereka. Filsafat dan agama merupakan
pendekatan mendasar menuju pada kebenaran. Filsafat dapat digambarkan sebagai
ilmu tentang realitas yang didasarkan
atas metode demonstrasi yang meyakinkan, suatu metode yang merupakan gabungan
dari intuisi intelektual dan putusan logis yang pasti. Berdasarkan alasan ini,
filsafat lantas disebut sebagai ilmu dari segala ilmu, induk dari segala ilmu,
kebijaksanaan dari segala kebijaksanaan, dan seni dari segala seni. Karena itu,
filsafat adalah sejenis pengetahuan yang lebih unggul dibanding agama, karena
agama didasarkan atas metode persuasif.
REFERENSI
Andri Rosadi & M. Aunul Abied Shah, Catatan Awal Tentang Filsafat Ilmu Modern,
http://mizansckairo.tripod.com/filsafat02.htm
Syafii, Agus.
Psikologi Agama. http: //groups. yahoo.com/group/pendidikan/message/3521
Agama (Din). http://www.al-shia.com/html/id/shia/aqaeid-shia/02.htm
Kamus Umum Bahasa
Indonesia, 1997. Balai
Pustaka : Jakarta
Poedjawijatna. 1991. TAHU dan PENGETAHUAN (Pengantar ke Ilmu dan
Filasafat).
Rineka Cipta : Jakarta.
Jujun S. Suriasumantri.
1984. Ilmu dalam Perpektif. Gramedia
: Jakarta
No comments:
Post a Comment